Langsung ke konten utama

Postingan

Selamat malam, kamu apa kabar? Beberapa minggu terakhir saya menghilang, tidak ada tulisan-tulisan baru yang saya bagikan. Maaf bila sekarang baru kembali, beberapa waktu belakangan ini saya berjuang menyembuhkan diri. Sempat ada hari-hari terburuk di mana bertahan sehari lagi rasanya susah setengah mati. Saya belum sepenuhnya pulih, tetapi saya berjanji untuk selalu mampu bangun tiap pagi. Menulis adalah terapi. Meskipun saya tidak tahu apa yang akan terjadi, Juli ini saya akan berusaha membuat segalanya membaik. Mari menjadi kuat bersama. Walaupun belum bisa pulih seperti sedia kala, jangan menyerah untuk mencoba.
Postingan terbaru
salah satu kebanggaan masyarakat lampung yaitu monumen/menara siger Di Bali setiap perkantoran atau rumah umumnya dihiasi gapura berbentuk pura. Nah, di Lampung beda dan unik karena setiap bangunan publik akan memajang Mahkota Siger. Apa itu Mahkota Siger?  Mahkota Siger adalah mahkota yang dikenakan pengantin perempuan Lampung. Mirip dengan yang ada di tanah Minang dimana disebut dengan nama suntiang. Perbedaanya pada siger memiliki jumlah tanduk atau pucuk kecil sebanyak 7 buah. Menurut foklor setempat bahwa 7 pucuk di mahkotanya berasal dari 7 gunung di Lampung yang menjadi tempat asal usul leluhur atau nenek moyang masyarakat Lampung. Lokasi awal itu yang membuat masyarakatnya membentuk kelompok masing-masing. Ada pula yang mengasumsikan asal usul Mahkota Siger dikaitkan dengan Balaputra Dewa, Raja Sekala yang disebut Selopun yaitu sebuah daerah di Lampung yang menjadi rumah situs Batu Brak bekas pemukiman dari batu. Balaputra Dewa membuat siger sebagai miniatur Borobudur unt
TEMPOYAK LAMPUNG Salah satu makanan khas Lampung yang wajib dicoba adalah Tempoyak, hidangan yang berasal dari olahan buah durian yang difermentasi. Biasanya, kuliner khas Lampung yang juga populer di daerah Sumatera Selatan ini dikonsumsi bersama nasi dan jarang dimakan secara langsung. Rasa yang khas dan aroma yang cukup tajam membuat Tempoyak menjadi pilihan campuran bumbu masakan khas bagi orang-orang Lampung. Untuk kamu yang gemar dengan masakan berasa asam, wajib hukumnya mencoba Tempoyak!
PUISI LAMPUNG (PEPACCUR) Dalam adat lampung memiliki sastra lisan yang tak kalah dengan daerah-daerah lain, sastra lisan adat lampung yaitu puisi atau yang biasa disebut dengan pepaccur yang tujuannya untuk memberikan pesan dan nasehat dalam upacara pemberian gelar adat. pepaccur ini dikenal masyarakat lampung yang berdialek o, sedangkan masyarakat lampung yang berdialek a menyebut sebagai  pepaccogh. Suwo pungeu tengadah ( Sambil tangan tengadah) kilui appun duso ( mohon ampun dosa) serto selamat badan ( serta mohon keselamatan) Najin mak dapek kiwah ( Meskipun (hidup) tidak bisa mewah) cukuplah sederhano ( cukuplah sederhana) asal mak kekurangan (asalkan tidak kekurangan) Baso caluk gham lapah (pada saat kita melangkah) dageu dang ghaccak bigo (dagu janganlah terlampau tinggi) mato ninuk lakkahan (mata melihat kebawah) Nyo sai dibo pindah (apa yang dibawa pindah) anjak alam dunio (dari alam dunia) selain kain kafan (selain kain kafan) Hu
sapaan ramah masyarkat lampung Masyarakat pepadun sering menggunakan kata "Tabik Pun" sebagai kata penghormatan secara umum, hal tersebut dapat difahami karena memang dalam suatu pertemuan, gawi adat atau peppung adat terdapat banyak sekali punyimbang yang hadir, maka untuk kata penghormatan secara umum dipakailah adalah kata Tabik Pun…… dan dijawab dengan Ya Pun….., dengan bunyi u dipanjangkan. terdengar ramah bukan?. Di dalam adatsai batin, terdapat contoh kalimat pembuka dalam sastra tetangguhan yang ditujukan kepada Sai Batin Paksi dibawah ini :“ Natabik pai sekindua haguk Puniakan Dalom Beliau, sai mangkungni tangguh tibabahkon injuk bagi sekindua sai ngebatokko tangguh lamon lamon ngatughkon kilu mahap, ujudni kilu mahap teliak mak sepigha, tenengis mak mulamon, mawek kintu bughakik sambil ngarang saddo nihan, kintu bang kintu nihan sedah tangguh ji kanah mak kena disusun tindehni, sai mena metu dughi, sai dughi metu mena, kinjuk ya tebong kidang mak tantang, tugok
Berlalu Oleh Rispo chwe kunikmati hari-hariku, dengan sepotong kue dan susu ku genggam erat buku-buku dan menompang tas kebahu langkah demi langkah waktuku yang semakin berlalu meninggalkan kenangan yang indah entah, hatiku selalu merindu tiada daya tiada upaya kuingat senyum yang ceria wahai engkau teman pelipurlara

senja yang meninggalkan tahtanya

Awan tipis berwarna jingga memberi seribu makna, Mentari senja mulai bertahta, Nyiur hijau melambai lambai, Disini aku masih saja berdiri, Terpacu oleh heningnya hati, Sembari membuka selembar mem0ri, Ketika senja mulai pergi, Tertutuplah sisa sisa waktu, Di bawah senja itu aku mulai saja merindu, Bisakah aku melihatmu lagi, Meski dalam gelap sekalipun, Kini mentari senja tak lagi bertahta, Malam hening datang kembali, Semoga sampai menemui hari esok nan suci,